JAKARTA – Fenomena Tepuk Sakinah tengah menjadi sorotan publik setelah viral di media sosial. Yel-yel sederhana yang dibawakan dengan tepukan tangan ini rupanya bukan sekadar hiburan, melainkan sarana edukasi bagi calon pengantin dalam bimbingan pranikah di Kantor Urusan Agama (KUA).
Instruktur nasional Bina Keluarga Sakinah Kementerian Agama, Prof. Alimatul Qibtiyah, menjelaskan bahwa Tepuk Sakinah pertama kali dikenalkan sekitar tahun 2018 sebagai inovasi fasilitator bimbingan perkawinan. Tujuannya, mencairkan suasana sekaligus menanamkan pesan penting mengenai pilar rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
“Tepuk Sakinah diciptakan sebagai salah satu strategi untuk menghidupkan nilai kesalingan, kesetaraan, dan kebersamaan dalam berkeluarga dengan cara yang menyenangkan,” ujar Prof Alimatul dikutip tribun, Sabtu (27/9/2025)
Isi syair Tepuk Sakinah menekankan lima nilai utama dalam kehidupan berumah tangga, yakni berpasangan, janji kokoh, saling mencintai dan menghormati, musyawarah, serta saling ridha. Gerakan tepuk di antara syair tersebut diharapkan menjadi pengingat praktis bagi pasangan suami istri ketika menghadapi dinamika rumah tangga.
Sejumlah video Tepuk Sakinah dari berbagai KUA tersebar di TikTok dan Instagram, dengan salah satunya dari KUA Pagu, Kediri, yang ditonton jutaan kali. Warganet pun ramai memberikan komentar, mulai dari merasa terhibur hingga menilai cara ini sebagai langkah kreatif dalam menyampaikan pesan serius dengan cara ringan.
Meski menuai apresiasi, tak sedikit pula yang mempertanyakan efektivitas metode ini. Beberapa menganggapnya terkesan kekanak-kanakan, sementara lainnya menilai sebagai strategi tepat untuk menghidupkan suasana pembelajaran. Prof. Alimatul menegaskan, Tepuk Sakinah hanyalah metode tambahan, bukan pengganti materi mendalam tentang pernikahan.
Kementerian Agama dan para fasilitator menyebut fenomena ini sebagai contoh bagaimana edukasi pranikah dapat disampaikan dengan cara yang lebih dekat dengan generasi muda. Viral atau tidak, pesan utama yang diusung tetap sama: membangun keluarga dengan komitmen, cinta, saling menghormati, dan musyawarah.