LEBAK – Upaya mengakhiri krisis air bersih di wilayah pedalaman Lebak mulai bergerak konkret. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak menggelontorkan Rp10 miliar dari DAK dan APBD 2025 untuk membangun sarana air bersih di 16 desa yang selama ini langganan kesulitan mendapatkan air layak pakai.
Kepala Bidang Cipta Karya DPUPR Kabupaten Lebak, Suhendro, mengatakan proyek ini diprioritaskan untuk mendorong peningkatan kesehatan masyarakat. Selama bertahun-tahun, warga di desa-desa tersebut harus bergantung pada sumber air seadanya.
Menurut dia, masyarakat yang tinggal di daerah itu kerapkali mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses air bersih. Pembangunan sarana air bersih direalisasikan agar masyarakat tidak lagi mengalami krisis.
Enam belas desa penerima program tersebut tersebar di delapan kecamatan, yakni Cimarga, Tambak, Mekarmulya, Sindangmulya, Padasuka, Mekarsari, Cibungur, Peucang Pari, Ciruji, Gunungsari, Cisampih, Umbul Jaya, Ciwaringin, Keramat Jaya, Karang Pamindangan, dan Maraya.
Suhendro menjelaskan, sumber air berasal dari mata air hingga air bawah tanah yang nantinya dialirkan melalui jaringan pipa langsung ke permukiman warga. Selama ini, kata dia, banyak warga yang belum memiliki sarana air bersih sehingga rawan terserang penyakit seperti diare dan gatal-gatal, kondisi yang ikut menyumbang tingginya angka stunting di wilayah tersebut.
Untuk kebutuhan sehari-hari, warga bahkan masih memanfaatkan air sungai yang kualitasnya tidak layak konsumsi.
“Kami berharap pelaksanaan pembangunan sarana air bersih berjalan lancar yang dikerjakan pihak ketiga melalui tender pelelangan,” katanya, Kamis (20/11/2025).
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Lebak, Febby Rizky Pratama, mengungkapkan bahwa krisis air bersih sebenarnya jauh lebih luas. Berdasarkan pemetaan, terdapat 70 desa di 20 kecamatan yang termasuk rawan air bersih. Daerah itu mencakup antara lain Kecamatan Cimarga, Warunggunung, Sajira, Maja, Cirinten, Wanasalam, Leuwidamar, Cihara, Bayah, Gunungkencana, Kalanganyar, Banjarsari, Cileles, Cijaku, Cipanas, Curugbitung, Cibeber, Cileles, dan Cibadak.
Masyarakat mengalami kesulitan air bersih karena berbagai faktor, termasuk belum tersambungnya jaringan pelayanan PDAM.
“Kami berharap desa yang krisis air bersih bisa terlayani PDAM,” ujarnya.





