Selasa, Desember 23, 2025
spot_img
BerandaBantenLebakLebak Dorong 175 Ribu UMKM Naik Kelas, Dari Batik Badui ke Marketplace

Lebak Dorong 175 Ribu UMKM Naik Kelas, Dari Batik Badui ke Marketplace

LEBAK – Pemerintah Kabupaten Lebak menancapkan target untuk membuat pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) naik kelas lewat program pemberdayaan yang menggabungkan pelatihan digital, pendampingan legalitas, dan fasilitas inkubator. Strategi itu digulirkan secara bertahap setiap tahun dengan harapan meningkatkan pendapatan dan daya saing produk lokal.

“Kita secara bertahap setiap tahun melaksanakan pemberdayaan melalui pelatihan dan pendampingan agar pelaku UMKM naik kelas,” ujar Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak, Juli Zakiah, Kamis (27/11/2025).

Sebagai gambaran skala, saat ini jumlah UMKM di Kabupaten Lebak tercatat lebih dari 175 ribu unit usaha, bergerak pada beragam sektor seperti kuliner, kerajinan bambu, batik, hingga produk khas masyarakat Badui. Tahun 2025, Pemkab fokus menjalankan beberapa program unggulan seperti:

  • Pelatihan pemasaran digital untuk 30 pelaku UMKM : modulnya mencakup broadcasting, e-commerce, digital content, e-learning, dan bisnis afiliasi, serta praktik mengunggah produk ke platform seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Akulaku, Facebook, Instagram, Twitter, dan YouTube. Tujuannya: membuat pelaku UMKM melek jaringan dan mampu memperluas pasar domestik maupun mancanegara.
  • Bantuan legalitas dan kekayaan intelektual (HAKI) untuk 10 pelaku UMKM agar produk memiliki merek dan nilai jual lebih tinggi.
  • Pendampingan perizinan, pengemasan, sertifikasi halal, dan pembuatan barcode supaya produk memenuhi standar masuk ke pasar modern dan supermarket.
  • Inkubator bisnis dan rumah pengemasan untuk 20 pelaku UMKM — layanan pendampingan ini dirancang untuk membina kewirausahaan dan mendorong pemanfaatan bahan baku lokal.

Juli menegaskan, rangkaian program ini bukan sekadar pelatihan satu kali. “Kami memberikan pelatihan pemasaran sudah ratusan pelaku UMKM agar mereka bisa memasarkan produknya melalui digitalisasi,” tambahnya menekankan kontinuitas pembinaan.

Cerita nyata di balik angka muncul dari pelaku lokal. Nina (50), yang merintis usaha camilan berbasis keripik bawang, pare crispy, dan stik sejak 2010, menceritakan bagaimana ia bertahan dan menyerap puluhan tenaga kerja. Selain pasar Banten, produk Nina kini menjangkau daerah lain lewat penjualan daring.

“Kami bisa menghasilkan omzet pendapatan cukup besar hingga jutaan rupiah per pekan,” kata Nina sebagai bukti bahwa kombinasi inovasi produk dan akses digital bisa mentransformasi usaha mikro menjadi penggerak ekonomi lokal.

Dengan memadukan digitalisasi, legalitas, dan fasilitas produksi, Pemkab Lebak berharap UMKM lokal tidak hanya bertahan, tapi juga mampu bersaing di pasar modern, sebuah lompatan dari warisan budaya lokal menuju pangsa pasar yang lebih luas.

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru