LEBAK – Kabupaten Rangkasbitung kembali ditegaskan sebagai pusat denyut seni dan kebudayaan Kabupaten Lebak melalui gelaran Peristiwa Besar Seni Rupa Rangkasbitung Epilogue #2 yang mengusung tema “Titik Nol Rangkasbitung”.
Kegiatan ini resmi dibuka dan masih berlangsung di Pendopo Museum Multatuli, Minggu (14/12/2025), sekaligus menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten Lebak ke-197 tahun 2025.
Epilogue #2 menghadirkan beragam karya seni rupa dari seniman lintas daerah yang merepresentasikan identitas, sejarah, serta dinamika Rangkasbitung sebagai pusat kebudayaan Lebak. Melalui medium seni, Rangkasbitung diposisikan bukan sekadar ruang geografis, melainkan titik temu gagasan, memori, dan ekspresi budaya.
Ketua Panitia Hari Jadi Kabupaten Lebak ke-197, Imam Rismahayadin, menegaskan bahwa Epilogue diharapkan tidak berhenti sebagai agenda seremonial tahunan.
“Kami harap Epilogue tidak hanya ada di rangkaian hari jadi, tetapi dapat berdiri sendiri dan masuk ke kalender event, sehingga dapat menambah daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Lebak,” kata Imam pada (Minggu 14/12/2025).
Ia menjelaskan, kegiatan ini sejalan dengan visi pembangunan daerah Lebak Ruhay-Rukun, Unggul, Hegar, Aman, dan Yakin, yang menempatkan seni dan budaya sebagai elemen penting dalam pembangunan daerah.
“Acara ini juga menjadi jembatan pemerintah daerah dengan para seniman dan budayawan untuk terus berkolaborasi mendorong pemajuan seni dan budaya di Kabupaten Lebak,” ujar Imam.
Lebih lanjut, Imam menilai seni dan budaya memiliki peran strategis dalam memperkuat identitas daerah sekaligus mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif. Oleh karena itu, kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah daerah dan komunitas seni dinilai krusial agar ruang-ruang ekspresi budaya terus tumbuh dan hidup.
Epilogue #2 juga menjadi ruang temu lintas seniman dari berbagai daerah. Sejumlah seniman nasional dan regional hadir untuk berbagi gagasan serta memperkaya perspektif seni rupa di Kabupaten Lebak.
Acara ini turut dihadiri Ketua Tim Pemajuan Kebudayaan Lebak, seniman asal Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, serta tamu undangan lainnya. Kehadiran lintas daerah tersebut semakin memperkuat posisi Rangkasbitung sebagai ruang dialog dan ekspresi seni budaya yang inklusif.





