TANGSEL – Kasus dugaan perundungan (bullying) yang menimpa siswa SMPN 19 Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menjadi alarm keras bagi dunia pendidikan. Menyikapi hal itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Tangsel berkomitmen memperketat sistem pengawasan di lingkungan sekolah guna mencegah terulangnya insiden serupa.
“Kalau pengawasan kan kita tetap berjalan, kegiatan-kegiatan yang sifatnya preventif sudah berjalan,” ujar Kepala Dindikbud Tangsel, Deden Deni, Selasa (11/11/2025).
Ia menegaskan, langkah evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengawasan siswa kini tengah dilakukan sebagai bentuk tindakan preventif pemerintah dalam menangani kasus perundungan di sekolah.
Menurut Deden, penguatan pengawasan tersebut juga merupakan bagian dari respons cepat pihaknya terhadap dugaan kasus bullying yang terjadi di SMPN 19 Tangsel. “Dari awal sudah kita tangani, kita dampingi. Ini kejadiannya tanggal 20 Oktober lalu, sudah kami mediasi masing-masing orang tua,” jelasnya.
Meski demikian, Deden mengaku belum memperoleh detail lengkap mengenai kronologi dugaan aksi kekerasan antarsiswa itu. Saat ini, Dindikbud Tangsel memilih fokus pada pemulihan korban yang masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit akibat luka yang dialami.
“Kepala sekolah sama Pak Kabid sudah berkunjung ke rumah orang tuanya, untuk menanyakan dan memastikan kondisinya seperti apa si anak tersebut,” tambah Deden.
Dugaan kasus bullying itu menimpa siswa berinisial MH (13). Ia diduga menjadi korban perundungan oleh teman-temannya sejak masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Puncaknya terjadi pada Senin (20/10), ketika korban dipukul dengan kursi oleh teman sekelasnya.
“Sejak masa MPLS, yang paling parah kemarin, 20 Oktober, yang dipukul kepalanya pakai kursi,” ungkap kakak korban, Rizky.
Rizky menambahkan, adiknya sempat beberapa kali mengalami kekerasan serupa, mulai dari dipukul hingga ditendang. Kondisi MH sempat dirawat di salah satu rumah sakit di Tangsel, namun karena kondisinya semakin menurun, ia akhirnya dirujuk ke RS Fatmawati, Jakarta Selatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Kasus ini kini menjadi perhatian serius Dindikbud Tangsel, yang berjanji akan memperkuat sistem pengawasan dan edukasi karakter di setiap sekolah agar kejadian serupa tak kembali terjadi.





